Halo, maaf ya telat. Jalan-jalannya September tapi
postingnya Oktober. Maklum, masih sulit rasanya menulis sementara badan maunya
guling-guling di kasur setelah kembali ke rutinitas kerja.
Postingan sedikit panjang dan melenceng dari postingan
review yang biasa. Gapapa lah sekali-kali ya? #rapopo
Awal September kemarin, salah satu teman baik saya jaman
kuliah menikah di Makassar. Ga diharuskan datang sih tapi saya sudah lama juga
menunggu-nunggu kesempatan buat mengunjungi kota di ujung pulau Sulawesi itu.
Ya udah berangkatlah saya bersama satu teman lain dari Denpasar naik Garuda
Airlines, akhir Agustus 2014. Bukannya bermaksud gegayaan atau apa dengan
memilih Garuda Airlines, tapi harganya beda tipis dengan Lion Air plus saya
masih agak ngeri terbang jauh naik pesawat selain Garuda. Total tiket PP
include airport tax (saat itu airport tax Bandara Ngurah Rai belum naik, naik
per 17 September 2014) kurang lebih 2,2 juta rupiah.
Saya kaget sekali melihat pesawat yang akan saya tumpangi,
ternyata keciiiil.. Hanya 2 kursi di kiri kanan sepanjang sekitar 35 row. Ini
mah mirip pesawat kecil untuk ke Surabaya, pikir saya. Tapi tulisan “Jet
Explorer” di body pesawat membuat saya lebih yakin. Mungkin ini tipe pesawat baru
yang memungkinkan penerbangan ke Makassar dari Denpasar cukup ditempuh dalam 1
jam saja. IYA, satu jam. FYI, 11 September lalu saya berkesempatan kembali ke
Surabaya untuk suatu keperluan. Saya naik Air Asia dan memakan waktu 40 menit.
Bandingkan jarak Denpasar-Surabaya (sekitar 315 km) dan Denpasar-Makassar
(sekitar 605 km). Hahaha..
Lanjut.
Hari pertama saya mengunjungi Trans Studio. Ini ga dibahas
deh ya? Sudah mainstream. Intinya saya kurang terkesan kecuali dengan
Theaternya. Oia buat yang belum tau, Trans Studio memberikan free entrance fee
untuk orang yang berulang tahun pada bulan itu. Tinggal bawa KTP dan kartu
masuk trans, sudah deh. Temen saya kebetulan ultah 31 agustus jadi waktu itu
free entrance fee. Enak yaa ^^~
Hari kedua, ke Samalona dong ^^
Dimana sih itu Samalona?
Mari lihat posisinya di peta :
|
Samalona ada di titik merah itu. Ga nampak ya -____-" |
Sebenernya Samalona adalah salah satu dari 3 pulau terdekat dari Makassar. Lainnya ada Pulau Kahyangan dan Lae Lae. Tapi kami cuma ke Samalona doang.. Posisinya sih ga jauh-jauh amat dari Makassar , tapi entah
kenapa banyak orang Makassar yang belum pernah ke Samalona. Mba-mba di Optic
Seis yang kami kunjungi di Trans Studio Mall malah bingung “kenapa orang Bali
(saya) pengen ke Samalona? Panas!” #ehm. Namanya juga ke pantai, mba, jelas lah
panas. Kecuali mba perginya malem, atau kalo hujan. Dan oke, saya ngaku, yang
ngebet dan melempar ide buat ke Samalona itu temen saya, orang Banyuwangi. Saya
mah kemakan iklan dan foto-foto yang dikirimin aja hehehe
Temen saya di Makassar yang mengurus akomodasi kami disana
sudah mencari grup buat berangkat. Rencana awal 12 orang sajah, tapi akhirnya
menyusut jadi 10 orang. 4 diantaranya cowok-cowok yang udah biasa main ke
Samalona. Mereka juga yang sewa kapal (dan tukang kapalnya sekalian dong) jadi
saya bener-bener ga tau sistem sewanya. Kami naik dari Penyebrangan Kayu Bangkoa*. Dan disitu ga ada area parkir mobil,
jadi parkir nya agak jauh. Belakangan saya tau, Penyebrangan Kayu Bangkoa ini
adalah penyebrangan alternatif, bukan yang utama. Ga heran ga ada tempat
parkir, malah dekil dan dekat area pembuangan sampah. Penyebrangan ini juga
ramai dengan masyarakat yang akan menyebrang dengan membawa banyak sekali
barang. Penyebrangan yang utama (lupa dicatat namanya, letaknya dekat benteng
Fort Rotterdam) lebih bersih dan bisa parkir di parkiran benteng.
Temen saya di Makassar yang mengurus akomodasi kami disana
sudah mencari grup buat berangkat. Rencana awal 12 orang sajah, tapi akhirnya
menyusut jadi 10 orang. 4 diantaranya cowok-cowok yang udah biasa main ke
Samalona. Mereka juga yang sewa kapal (dan tukang kapalnya sekalian dong) jadi
saya bener-bener ga tau sistem sewanya. Kami naik dari Penyebrangan Kayu Bangkoa*. Dan disitu ga ada area parkir mobil,
jadi parkir nya agak jauh. Belakangan saya tau, Penyebrangan Kayu Bangkoa ini
adalah penyebrangan alternatif, bukan yang utama. Ga heran ga ada tempat
parkir, malah dekil dan dekat area pembuangan sampah. Penyebrangan ini juga
ramai dengan masyarakat yang akan menyebrang dengan membawa banyak sekali
barang. Penyebrangan yang utama (lupa dicatat namanya, letaknya dekat benteng
Fort Rotterdam) lebih bersih dan bisa parkir di parkiran benteng.
|
di foto dari tempat saya duduk menunggu kapalnya dateng |
|
persis di depan kapal-kapal itu parkir, adalah tempat sampah.. |
|
difoto dari tempat duduk seperti di foto pertama |
Karena bukan penyebrangan utama, harga yang ditawarkan oleh
kapal (speed boat) sewaan jauh lebih murah. Untuk bolak balik ke Samalona,
hanya dikenakan biaya Rp. 340,000. Satu kapal bisa muat sampai 12 orang plus tukang
kapalnya. Itu harga kapal yang kami sewa yak, untuk harga standar saya ga tau.
Menyebrang ke Samalona dengan kondisi ombak yang relatif
tidak tenang memakan waktu sekitar 20 menit. Jujur saya sempet ngeri karena
kapal terombang-ambing, dan saya berada di antah berantah. Well, banyak kapal
industri tapi tetep aja sejauh mata memandang yang ada laut biru semua.
Begitu Samalona mulai terlihat, air laut makin muda
warnanya. Bening. Ikan, terumbu karang, apa aja yang ada di dasar kelihatan
jelas ^^. Pasirnya yang putih juga membuat pemandangan makin tsakep.. Langsung
deh saya lupa bahwa untuk kesini perjalanannya cukup jauh dan agak ngeri
hehehe..
|
pasir putih, laut jernih, count me in!!! |
|
bener-bener jernih!!! |
Pulau Samalona luasnya sekitar 2 Ha dan hanya padat di area
tengah pulaunya. Katanya pulau ini hanya diisi oleh 13 KK. Rumah penduduk ada yang langsung di tanah, ada juga yang diatas tiang. Banyak rumah-rumah yang disewakan juga loh.
|
the very spot, ada nama pemilik pulau samalona |
|
pemandangan yang dilihat begitu menuju tengah pulau |
|
ada kantor rehabilitasi yang dimiliki oleh orang top dari makassar (you know who lah hehe) |
Untuk para pengunjung, ada dangau-dangau kecil di pinggir pantai yang disewakan dengan
harga Rp. 50,000 per dangau. Ga percaya? Liat aja fotonya :
|
di cat seadanya yang penting bunyinya lima puluh rebu |
|
ini wujud dangau nya, ga dapet fasilitas apa-apa selain tempat duduk dan berteduh |
Pemilik dangau-dangau ini umumnya juga menyewakan peralatan
snorkeling. Harga bervariasi mulai dari IDR 10,000-50,000. Ditawar aja, mba,
mas, kakak, oom, tante. Lumayan kok. Waktu itu kami pake 2 dangau dan cuma
bayar IDR 60,000 for both. Tidak termasuk peralatan yang disewa ya. Total biaya
yang saya keluarkan (ga sewa apa-apa karena saya ga snorkeling) cuma IDR 40,000
tidak termasuk makanan. Makanan disini mahal, Jendral. Sangat disarankan beli
di kota aja. Gorengan 20 pcs IDR 25,000 include sambal. Tapi ga enak
-___________-“
Penyewa dangau di sebelah kami, ga tau deh berapa puluh
orang, sampe bawa peralatan karaoke aja dong. Plus BBQ. Puas bener mereka
*ngeces*.
Fenomena komersial banget ini sebenernya wajar. Bayangin aja untuk membangun rumah dari batu bata dan semen tentunya harus mengandalkan bahan dari pulau utama dan menyebrang tentunya ga murah ya.. Walaupun wajar, tetep aja kalo mau irit, jauh lebih baik bawa perbekalan dari rumah.
Lanjut.
Daripada pembaca bosen liat ocehan saya, let these pictures
speak more..
|
Rumah kayu itu very spot yang ada tulisan nama pemilik pulau. |
|
|
Saya, di bawah tulisan nama pemilik itu. |
|
Bagian tengah pulau |
|
pinggiran pulau |
|
another side of samalona |
Menurut temen saya yang dari banyuwangi ituh, Samalona ga
secakep Karimun Jawa. Cakep sih cakep, tapi terlalu fotogenik. Aslinya ga
secakep yang di foto. Menurut saya yang jarang-jarang liat pantai berpasir
putih yang sepi, Samalona cakep kok. Worth Rp. 40,000 itu. Lagian kalo jalan-jalan
ke Makassar, selain ke kota nya mau kemana sih? Coba kasih tau saya. Soalnya
hari ke 3, 4, 5 saya mati gaya. Paling menggendutkan diri dengan dalih wisata
kuliner dan mall to mall. Haiz -___-“
Oke, masih ada spot foto-foto di pantai Losari tapi
temen-temen saya terus terang aja, males kesana karena banyak pengamen. Dan
spot pantai di daerah Tanjung Bunga (ga sempat kesana, ga pernah bisa bangun
pagi) atau ke Fort Rotterdam (ga kesana juga). Lainnya? Ehm. Coba kasih tau
saya yak. Lain kali kesana deh.
Menurut saya, peralatan dan perlengkapan yang perlu dibawa
kalo ke Samalona :
Tas yang waterproof. Bakal keciprat waktu di kapal soalnya.
Sunglasses! Dan sun protection lain. Standar lah kalo ke
pantai.
Kamera, soalnya Samalona fotogenik banget ^^
Makanan, kalo mau lama bawa makanan yang mengenyangkan. Disana pop mie aja Rp. 16,000.
Alat snorkeling kalo kamu berencana snorkeling.
Air putih. Kalo beli on the spot mahal.
Kesimpulannya,saya sukaaa banget ke tempat begini. Pasir putih - laut jernih - sinar matahari.. Heaven! Plus bagus buat foto-foto.. Tapi untuk kembali kesini kayaknya bakalan lamaaaa.. Karena pengen juga ke pantai sejenis yang lebih deket.
Btw, maklum yah kalo sebagian besar foto ada saya-nya, ternyata hampir ga ada foto pemandangan kosong karena spotnya baguuus buat sekalian saya ikutan jadi model hehe.. Gapalah ya? Sekalian kenalan soalnya selama hampir 2 tahun blogging, belum pernah pajang foto saya di post ^^~
* ditulis sebagaimana tertera di lokasi
ps. Semua foto-foto adalah milik saya. Tolong hargai hak cipta dan tidak menyalahgunakannya.
pps. orang sana menyebutkan "speed boat" simply as "kapal" jadi saya pun menggunakan kata "kapal" di post ini.